Senin, 20 Oktober 2014

KALI BEKASI Sebagai “Water Front City” (Bagian ketiga ; Habis)

(Bagian ketiga ; Habis)


KAMPANYE PEDULI SUNGAI BEKASI

Berdasarkan temuan dan dan indikasi tersebut di atas, LSM Komunitas Embun telah memprogramkan kegiatan berupa “Kampanye Peduli Sungai Bekasi” dengan implementasi program berupa gerakan kampanye dan kegiatan lapangan yaitu melakukan publikasi, komunikasi, pembinaan dan edukasi kepada masyarakat kususnya pada daerah sekitar bantaran sungai dan melakukan kegiatan penghijauan di sepanjang bantaran sungai.

Inti Program Kampanye diarahkan lebih spesifik kepada ;

  1. Sungai Bekasi dan Kali Malang sebagai Water Front City
  2. Perlakuan Sampah dan Limbah
  3. Konservasi Perlindungan Garis Sempadan Sungai.

1.   Sungai Bekasi dan Kali Malang sebagai Water Front City

     Sungai memiliki fungsi strategis dan bagian penting komponen bagi kehidupan khususnya manusia dan juga  hewan, tumbuhan maupun udara. Melestarikan fungsi air sungai  perlu dilakukan pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air secara bijak dan kontinyu seiring laju perkembanan penduduk dan perubahan oleh pembangunan wilayah, agar dapat menjadi sumber air baku, air minum, perikanan, peternakan, pertanian, kegiatan usaha dan perdagangan maupun sebagai sistem drainase dan pengendali banjir. Peningkatan dan perkembangan pemukiman kependudukan, perkembangan pemukiman dan perubahan perilaku masyarakat  telah mengakibatkan kualitasnya sungai menjadi tercemar akibat berbagai aktifitas khususnya limbah domestik masyarakat maupun aktifitas ekonomi utamanya kegiatan industri yang membuang limbahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung ke sungai. Hal yang menunjukan bahwa persepsi masyarakat terhadap sungai, masih sebatas sebagai tempat untuk pembuangan dan penampuangan akhir beraneka macam kotoran sampah dan limbah.

Membersihkan dan memperlakukan sungai harus dilakukan secara terus menerus seperti halnya setiap waktu kita selalu membersihkan rumah dan halaman sendiri. Melalui komunitas-komunitas warga disepanjang bantaran sungai, harus dibangun kepeduliannya sehingga menjadi komunitas masyarakat yang selalu sadar dan rela peduli sungai. Sungai dikedepankan dalam porsi yang harus dijaga, dirawat dan menjadikannya bagian penting dari lingkungan pemukimannya. Perubahan wawasan masyarakat tentang sungai memang memerlukan kerja keras dan sungguh-sungguh secara terus menerus, hingga terbentuk kepedulian yang nyata dalam cara pandang dan perlakuan atas keberadaan sungai yang bersinggungan dengan kehidupan kesehariannya. Komunitas warga lingkungan sungai harus diberdayakan melalui kegiatan diskusi dan pembelajaran serta penyamaan persepsi sehingga terbangun kesadaran dan kemandirian untuk menjadi pelopor terdepan dalam perlakuan, pengelolaan dan pelestarian sungai.

Penerapan  konsep “Water Front City”, dipandang bisa menjadi solusi untuk mulai memperbaiki persepsi masyarakat terhadap sungai. Sungai pada dasarnya dapat dipelihara dan bisa menjadi bagian dari halaman rumah kita.


Terdapat  hanya ada bagian kecil pingguran sungai Bekasi yg tertata baik, hijau dan asri




 2.        Perlakuan Sampah dan Limbah

    Selama ini sebagian besar masyarakat masih memandang sampah sebagai barang sisa   yang tidak berguna, bukan sebagai sumber daya yang perlu dimanfaatkan. Masyarakat dalam memngelola sampah masih  bertumpu pada pendekatan akhir yaitu sampah dikumpulkan, diangkut dan dibuang.

    Oleh karena itu, selain UU Nomor 7 tahun 2004 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air,  maka Undang-undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, juga telah mengamanatkan bahwa pada dasarnya masyarakat dapat berperan didalam pengelolaan sampah yang diselenggarakan oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Demikian pula  oleh Pemerintah Kota Bekasi melalui Peraturan Daerah Kota Bekasi Nomor 15 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Sampah Di Kota Bekasi.

    Beberapa hal terjadinya alih fungsi berakibat adanya bencana oleh karena pembuangan sampah, mengakibatkan  terjadinya banjir karena sampah mengakibatkan tersumbatnya aliran sungai. Adanya kekurang-pahaman hubungan timbal balik antara air dan lahan, yang ditandai dengan pemanfaatan dataran banjir tanpa pengaturan dan antisipasi terhadap resiko banjir dan okupasi lahan di sempadan sungai yang berakibat terjadinya penurunan kapasitas palung sungai karena pendangkalan dan penyempitan oleh sedimentasi, sampah, dan gangguan aliran sungai.

   Pemerintah, dunia usaha dan komunitas warga  masyarakat peduli sungai yang sudah tumbuh dan memberikan perhatian tentang sampah ini, agar bekerjasama guna mengurangi sampah yang masuk ke dalam sungai dan timbunan titik-titik sampah yang ada di bantaran sungai, serta perlu menghilangkannya sama sekali dari dalam sungai dan bantaran sungai.

     Untuk membersihkan sampah di sungai dan bantaran sungai di Kota Bekasi maka kerjasama yang baik dan memerlukan energi yang luar biasa besar, untuk mempercepat terwujudnya sungai dan kali di Kota Bekasi yang bersih dan bebas dari sampah. Pemerintah Kota Bekasi dan masyarakat di sepanjang bantaran sungai  perlu digerakkan untuk melakukan upaya penutupan titik-titik sampah yang masih ada di bantaran sungai dan kali khususnya Sungai Bekasi secara abadi.  Kegiatan pencegahan hingga penuupan titik-titik sampah dilakukan melalui pembinaan perilaku masyarakat untuk memperlakukan sampah sebagai sesuatu yang memiliki dampak negative sebaliknya juga positif setelah diolah.

    Lingkungan komunitas bantaran sungai diarahkan untuk secara sadar berpartisipasi ikut menghilangkan sampah dan konsentrasi sampah pada titik-titik area pembuangan yang selama ini ada, dengan merubah atau menggantikannya dengan area hijau melalu penanaman pepohonan, maupun penyediaan tempat penampungan sampah sementara dengan pembiayaan sendiri atau melalui pendanaan anggaran daerah Pemerintah Kota Bekasi.

    Upaya memotivasi melalui pendekatan dialogis agar pada akhirnya dapat membantu dan untuk jangka panjang terbentuk tanggung jawab secara mandiri  untuk secara bersama memperlakukan sampah dan area bantaran sungai menjadi bersih, hijau dan asri melalui perubahan cara pandang dan penikmatan fungsi adanya sungai di lingkungannya.


 3.   Konservasi Perlindungan Garis Sempadan Sungai.

     Konservasi dan Perlindungan adalah dua hal yang berbeda penjabaran program kerjanya akan tetapi memiliki keterkaitan yang saling mendukung. Konservasi bersifat perbaikan tetapi sekaligus terpenuhi tujuan perlindungan, sebaliknya melakukan perlindungan harus dilakukan konservasi.

Dengan perlindungan yang dilakukan terhadap aliran pemeliharaan sungai dan ruas restorasi sungai maka dapat mengembalikan sungai ke kondisi alami dengan melalui kegiatan fisik dan rekayasa secara vegetasi. Terhadap sempadan sungai harus dilakukan perlindungan melalui pembatasan pemanfaatan sempadan sungai melalui tindakan yang tegas dan transparan.

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2011, ditetapkan bahwa untuk kawasan perkotaan, Garis Sempadan Sungai (GSS)sungai kedalaman < 3 meter untuk sungai tidak bertanggul 10 meter dan bertanggul 3 meter dari tepi luar kaki tanggul. Sungai kedalaman 3-20 meter GSS 15 meter. Bentuk perspektif Sempadan Sungai diilustrasikan sebagai berikut ;

Zona Riparian

Pemerintah diminta untuk harus dapat memetakan, menentukan dan menetapkan lebar sempadan Kali Bekasi dan kali lainnya di Kota Bekasi, yang dapat dilakukan secara mudah berdasarkan data ekologi, morfologi dan hidraulik sungai, karena dapat diukur dan disesuaikan dengan kondisi lokal sungai. Selain itu sesuai cara banjir rencana, yang mungkin sulit dilakukan untuk memetakan dan merencanakan luas genangan banjir.

Konservasi Garis Sempadan Sungai, khususnya Sungai Bekasi harus menjadi salah satu program prioritas Pemerintah Kota Bekasi dan tentu harus bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Bogor, Pemerintah provinsi Jawa Barat serta Pemerintah DKI Jakarta, oleh karena alur sungai hulu dan hilir yang bersinggungan dengan berdasarkan azas manfaat. Harus secara sungguh-sungguh dan kontinyu melakukan konservasi dan penghentian dan/atau pembatasan pemanfatan sempadan sungai, palung sungai, danau paparan banjir dan dataran banjir.

Kesehatan ekologis sempadan sungai tidak sekadar tergambar dari banyaknya jenis tumbuhan dan hewan yang hidup di sana tetapi peran tumbuhan dalam menjaga kestabilan tebing sungai dan memelihara keseimbangan ekosistem.
Hal tersebut atas pertimbangan bahwa berdasarkan beberapa sumber data analisa dan studi kepustakaan yang kami lakukan, disimpulkan bahwa tanaman yang cocok untuk ditanam pada bantaran Sungai Bekasi adalah pohon bambu, berdasarkan beberapa hasil analisa dari studi kepustakaan yang dilakukan.  

Oleh Kementerian Lingkungan Hidup Indonesia, dikatakan bahwa di tingkat internasional, bambu mempunyai nilai penting dalam hal penyerapan karbon penyebab perubahan iklim serta pelaksanaan konservasi dan pembagian keuntungan yang diatur dalam Konvensi Keanekaragaman Hayati yang telah disepakati di Nagoya, Jepang.

Menurut  Yayasan Kehati Indonesia, tanaman bambu merupakan multipurpose spesies yaitu tanaman yang serba guna. Selain dapat menjadi rumah bagi organism lain, bahkan bambu juga dapat menjadi bahan alternatif papan yang mengisi kebutuhan kayu bagi pembangunan. Pertumbuhan bambu yang cepat juga dapat membantu menyelamatkan daerah resapan air khususnya bantaran sungai secara cepat pula.

Peneliti tanaman bambu dari LIPI, Prof. Elizabeth Anita Widjaja (Ahli Taksonomi Bambu) mengatakan terdapat 1500-an dari 75 marga tanaman bambu didunia, Indonesia memiliki sekitar 157 jenis yang sekitar 88 adalah tanaman endemic Indonesia atau tidak ada di negara lain, dengan hanya 56 jenis di antaranya dapat berfungsi secara ekonomis.
Bambu  termasuk tanaman Bamboidae anggota sub familia rumput,  memiliki keanekaragam jenis bambu di dunia sekitar 1250 – 1500 jenis sedangkan Indonesia memiliki hanya 10%  sekitar 154 jenis bambu (Wijaya et al, 2004).

Hasil studi Akademi Beijing dan Xu Xiaoging,   melakukan inventarisasi dan perencanaan hutan  dengan melakukan studi banding hutan pinus dan bamboo pada DAS ternyata bamboo menambah 240% air bawah tanah lebih besar dibandingkan hutan pinus.  (Bareis, 1998, dalam Garland 2004). Disebutkan juga bahwa  untuk daerah kritis yang perlu direboisasi, bambu direkomendasikan sebagai salah satu tanaman perintis mengingat kemampuannya dalam mempengaruhi retensi air dalam lapisan topsoil yang mampu meningkatkan aliran bawah tanah secara nyata. Maka oleh alasan nilai adat, budaya dan konservasi, China telah berhasil melakukan penanaman hutan bambu seluas 4.3 juta ha ( 35% dari luas hutannya) dan mampu menghasilkan produksi bambu lestari sebanyak 14.2 juta ton/tahun dan memberikan kontribusi US $ 2.8 milyar (SFA, 1999,  dalam Garland, 2004)   Selain dari rebungnya sendiri, China menghasilkan 17 juta ton/thn.
Bahkan di Negara Colombia, masyarakat menyebut menanam bambu sama dengan menanam air, karena kenyataannya bambu mampu menyerap sampai dengan 90%  air hujan, jauh lebih tinggi dibanding rata rata pepohonan lain yang hanya menyerap 35-40% air hujan yang diterimanya.

Rumpun Tanaman Bambu di bantaran sungai Bekasi 


Bambu memiliki keunggulan mudah ditanam dan tidak memerlukan pemeliharaan khusus,  budidaya bambu tidak butuh biaya besar, pada jenis tertentu memiliki umur panjang dalam siklus hidup ± 30 -100 tahun. Kecepatan pertumbuhan bambu dalam menyelesaikan masa pertumbuhan vegetatifnya sangat cepat dan tidak ada tanaman lain yang sanggup menyamainya. Kecepatan pertumbuhan vegetatif bambu dalam 24 jam berkisar 30 cm – 120 cm per 24 jam, tergantung dari jenisnya. Bambu adalah tanaman berkayu yang paling cepat pertumbuhannya di muka bumi, tumbuh setidaknya 30% lebih cepat dari tanaman tercepat lainnya, hanya membutuhkan waktu sekitar tiga tahun saja, dibandingkan dengan tanaman kayu-kayuan dan buah-buahan yang memerlukan waktu yang cukup lama untuk mencapai usia dewasa.

Struktur tanaman bambu memiliki akar yang  dapat mengikat tanah dan air dengan baik, dapat menyerap air hujan hingga 90 % serta mampu menahan erosi. Selain itu, dalam hal penyerapan karbon dioksida, bambu lebih banyak menyerap karbon dioksida dari pada tanaman kayu-kayuan ataupun buah-buahan. Fungsi tanaman bambu secara global mampu mencegah dampak perubahan iklim karena sangat efektif menyerap gas karbon,  sebaliknya menghasilkan oksigen untuk kehidupan dan sekaligus berkontribusi untuk mengatasi polusi udara di wilayah perkotaan khususnya di Kota Bekasi dan sekitarnya.

Bambu adalah tanaman terbaik untuk penghijauan yang bisa mengatasi masalah pemanasan global dimana pada daun dan batang bambu, terdapat biomassa yang sangat besar, memiliki stomata yang merupakan mulut daun untuk bernapas pada pohon bambu.

Bambu secara fisik memiliki kelebihan yaitu serat panjang dan rapat, lentur tidak mudah patah, dinding keras dan sebagainya. Sehingga oleh sipapun bambu dapat dibudidayakan dengan peralatan apa adanya, tidak memerlukan pemeliharaan khusus dan tanpa membutuhkan pengetahuan yang tinggi. Bambu memiliki ketahanan yang baik serta dapat hidup kembali sekalipun ditebang atau dibakar habis rumpunnya tetap akan kembali tumbuh, bahkan diketahui pada saat kota Hiroshima di Jepang dijatuhi bom atom oleh Amerika Serikat, meratakan kota dengan tanah, bambu adalah satu-satunya jenis tanaman yang bertahan hidup dan tumbuh kembali.

Tempat yang disukai tanaman bambu adalah lahan yang terbuka dan terkena sinar matahari langsung dengan suhu berkisar 8,8 – 36oC. Tanaman bambu bisa dijumpai mulai dari ketinggian 0 sampai 2.000 m dpl. Di Indonesia tanaman bambu dapat tumbuh pada berbagai tipe iklim, dari iklim basah sampai kering. Semakin basah tipe iklimnya, semakin banyak jenis bambu yang dapat tumbuh dengan baik. Hal ini dikarenakan bambu termasuk jenis tanaman yang membutuhkan banyak air. Curah hujan yang dibutuhkan tanaman bambu minimal 1.020 mm/thn sedangkan kelembaban yang dikehendaki minimal 80%.  Berbagai jenis tanah mampu ditumbuhi pohon bambu, mulai dari tanah berat sampai ringan, tanah kering sampai becek dan dari subur sampai kurang subur. Juga dari tanah pegunungan yang berbukit sampai tanah yang landai. Tanaman bambu dapat tumbuh pada tanah yang bereaksi masam dengan pH 3,5 dan kondisi optimalnya tanah yang memiliki pH 5,0 sampai 6,5. Perlu disampaikan, khusus tingkat keasaman tanah di bantaran Sungai Bekasi tidak kami memiliki data oleh karena keterbatasan untuk pengukuran hal dimaksud.

Dengan melestarikan hutan bambu, berarti kita telah memiliki mesin penyedot karbon dioksida dalam kapasitas yang besar. Diketahui, satu hektar tanaman bambu dapat menyerap lebih dari 12 ton karbon dioksida di udara suatu jumlah yang cukup besar.

Anakan Tanaman Bambu Kuning yang  hanya kami tancapkan ke tanah sekarang tumbuh  di bantaran sungai Bekasi 

Untuk konservasi bantaran sungai wilayah perkotaan dengan makin sempitnya areal lahan dan pertimbangan fungsi manfaatnya, maka bambu adalah pilihan yang baik untuk digunakan sebagai tanaman penghijauan bantaran sungai khususnya di Sungai Bekasi.
Bambu memiliki kegunaan dan telah terbukti manfaatnya, sebagaimana himpunan data hasil studi kepustakaan sebagaimana dijelaskan sebelumnya serta atas hasil pengamatan lapangan objek program yang disimpulkan melalui hasil analisa pertimbangan fungsi rencana yang diprogramkan oleh LSM Komunitas Embun, kami menganggap tanaman bambu menjadi pilihan untuk tanaman penghijauan konservasi untuk perlindungan bantaran Sungai Bekasi.
Namun demikian membutuhkan biaya, tenaga, waktu dan perhatian  yang berjangka panjang dan kontinyu serta keterlibatan berbagai pihak dalam porsi yang sama penting dan berfungsi sederajat.


Program Kampanye  diarahkan dengan maksud sebagai berikut

1.   Edukasi Partisipasi Masyarakat,  khususnya yang bermukim sepanjang bantaran sungai, melalui Dialog dan Diskusi, Penyuluhan, tentang kebersihan dan kesehatan lingkungan serta sosialisasi Undang-undang, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia dan Peraturan Daerah (Perda) tentang Pengairan, Pengelolaan Sampah, Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup,  Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air dan Tentang Pengelolaan Sampah, serta Perbaikan Kualitas Udara dan Perubahan Iklim.
2.    Melakukan penghijauan dengan tanaman bambu dibantaran sungai Daerah Aliran Sungai (DAS) Bekasi
3.   Menghilangkan titik-titik Sampah di sekitar bantaran sungai
4.   Terlaksana kegiatan Pengamatan, Pengawasan dan Perlindungan DAS serta pemeliharaan  
      dan melanjutkan penanaman tanaman penghijauan, secara kontinyu untuk waktu yang
      tidak dibatasi.

 Sasaran kegiatan kampanye diarahkan untuk  ;

  1. Penghijauan ; untuk sasaran awal khusus pada sepanjang bantaran Sungai Bekasi dengan prioritas penanaman dan pemeliharaan pada titik-titik area yang belum tersentuh atau masih jarang penghijauannya.
  2. Edukasi Masyarakat ; disasarkan kepada komunitas warga di sepanjang bantaran sungai dengan melibatkan perangkat RT, RW, Pemerintah Daerah, Tokoh Masyarakat dan Agama, Kelompok Remaja/Pemuda, Perempuan, dan komunitas lainnya.
 Kegiatan ini bersifat berjangka waktu untuk pencapaian tujuan yaitu ;

      1.    Mencegah dan menahan erosi atau longsor dan pengendali banjir serta berkontribusi                penyerapan gas karbon khususnya di Kota Bekasi dan sekitarnya maupun secara global.
      2.    Mencegah pembuangan sampah rumah tangga dan limbah berbahaya(B3) ke DAS, 
     akhirnya menjadi bersih, hijau dan indah, dan  sekitarnya maupun secara global.
3.    Terkembalinya fungsi ekologis sungai sebagai media kehidupan ekosistem  air, fungsi 
     Ekonomi sebagai sumber air bersih yang sehat, perairan perikanan, pertanian dan     
     peternakan  juga  fungsi kebudayaan sebagai sarana rekreasi, olah raga dan estetika.
4.  Sungai Bekasi, kali Malang dan kali lainnya dapat menjadi “Water Front City” atau Halaman Depan Kota Bekasi.

Bekasi sebagai kota yang menuju kota Metropolitan dan berbatasan langsung dengan kota Jakarta sebagai Ibukota Negara Republik Indonesia, tentu patut berbeha diri dengan memaksimalkan potensi Sumber Daya yang dimiliki seperti Sungai Bekasi dan Kali Malang.  Sungai sebagai penyedia air dan potensi pariwisata, olah raga maupun edukasi dan penyelamat lingkungan, saatnya sekarang untuk diperhatikan dan diberdayakan fungsinya untuk kepentingan masyarakat banyak bukan hanya penduduk dan orang Bekasi.

Perhatian Pemerintah Kota Bekasi dan keterlibatan masyarakat,  saatnya peduli Sungai Bekasi dan Kali Malang. Untuk dijadikan halaman depan Kota Bekasi ; “Water Front City”.

Tulisan ini merupakan kajian awal untuk menyusun sebuah Proposal Proyek yang akan diimplementasikan berdasarkan salahsatu Program LSM Komunitas Embun, dan dimaksudkan sebagai kontribusi dan partisipasi nyata dibidang perlindungan lingkungan dan ekosistem untuk Kota Bekasi khususnya dan sebagai acuan melakukan tindakan nyata terhadap isu global Perubahan Cuaca yang berakibat terjadinya Pemanasan Global dan serta semua implikasinya. Untuk itu kami publikasikan sebagai informasi dan berharap mendapat sambutan, dukungan, tanggapan dan juga koreksi untuk perbaikan selanjutnya. Demikian juga kami berharap adanya dukungan dan bantuan dari manapun, agar rencana pelaksanaan program dimaksud dapat terealisasikan dengan baik dan berhasil nantinya.

Salam@embun !


Data dihimpun dari berbagai sumber melalui pengamatan dan studi lapangan serta kepustakaan oleh Tim@embun
dan ditulis oleh
Muhammad Thaha Pattiiha
Direktur Eksekutif LSM Komunitas Embun


Kepustakaan dan Referensi ;
1.        Buku Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kota Bekasi 2005-2025)
2.        Laporan Keterangan Pertanggungan Jawab Walikota Kota Bekasi 2008-2013
4.        Penurunan Kandungan Logam Pb Dan Cr Leachate Melalui Fitoremediasi Bambu Air (Equisetum hyemale) dan Zeolit (In Press, JKPTB Vol 1 No 2) Mohammad Misbhahul Anam MS, Evi Kurniati, Bambang Suharto
5.        Bambu untuk Hidup yang Berkelanjutan Antara |Jumat,13 Juli 2012 09:31 WIB |
6.        Top of Form Bambu Menyimpan Manfaat di Masa Depan Sabtu, 29 September 2012 | 8:53
7.        id.wikipedia.org/wiki/Bambu
8.        1001 Manfaat Pohon Bambu http://www.jatimulyo.com/article/read/3/1001-manfaat-pohon-bambu.html
9.        MENGENAL  BAMBU DAN MANFAATNYA TERHADAP KONSERVASI ALAM, KONSTRUKSI DAN KERAJINAN oleh : Lieke Tan
10.      HYPERLINK "http://indonesiaforest.net/bambu.html"
11.     http://indonesiaforest.net/bambu.html_
12.     V.A Berlian, Nur dan Estu Rahayu.,Jenis dan Prospek Bisnis Bambu, 1995.
13.     Pusat Hubungan Masyarakat Kementerian Kehutanan., Bambu. Leaflet, 2011.

Tidak ada komentar: