Senin, 20 Oktober 2014

KALI BEKASI Sebagai “Water Front City” (Bagian kedua)

( Bagian kedua )


Hasil Pengamatan Lapangan 
terhadap Sungai Bekasi dan Kali Malang

Telah lebih dari 2(dua)tahun Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Komunitas Embun, sebagai LSM untuk Perlindungan Lingkungan & Ekosistem dan berpusat di kota Bekasi, kami melakukan pengamatan dan mencatat bebera temuan, dan menganalisanya secara seksama dan kemudian menyimpulkan temuan lapangan tersebut sebagai suatu indikasi adanya “sesuatu” yang membahayakan  ketahanan kualitas, kelangsungan dan fungsi keberadaan Sungai Bekasi.

Data baku mutu (kualitas) air sungai Bekasi berdasarkan data dari Pemerintah Kota Bekasi, sebagai ukuran analisa dan kesimpulan hasil pengamatan lapangan.

Bahwa permasalahan dari hal yang terjadi pada Sungai Bekasi dan Kali Malang, mengindikasikan telah terjadi pencemaran lingkungan air sungai yang tentu akan berakibat buruk dan adalah ancaman terhadap bakal hilangnya ekosistem khususnya pada sungai Bekasi. 

Temuan lapangan  sebagai berikut ;

Ø     Kematian ikan di Sungai Bekasi dan kali Malang yang terjadi dipertengahan tahun 2012 dan awal 2013. Kejadian kematian ikan demikian sering terjadi secara periodik sesaat setelah terjadinya banjir banjir. Asal usul pencemar terindikasi melalui penelusuran dan pengumpulan informasi dari warga dan pengamatan kami dilapangan saat itu berasal dari pembuangan limbah detergen dari salah satu pabrik industri sabun detergen di daerah Kecamatan Rawa Lumbu. Menurut warga sudah sering terjadi saat banjir besar, sementara pengamatan kami disaat  setelah banjir yang menggenangi sebagian wilayah kota Bekasi surut tahun 2013. Tentu secara pasti masih harus dilakukan penelitian lebih lanjut secara ilmiah untuk sampel air yang diperkirakan telah tercemar ke laboratoriun, akan tetapi terkendala karena adanya keterbatasan secara finasial.

Ø     Adanya bau tidak sedap (bau busuk) dari Sungai Bekasi yang terendus pada bulan April dan September 2013  yang terjadi ketika air sungai sedang surut dan arus air melambat. Bau bangkai tersebut ternhyata berasal dari bangkai binatang. Penelusuran di hampir sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) dan ditemukan kantong-kantong plastik berukuran besar yang di dalamnya berisi bangkai ayam dan isi perut serta kotoran ayam lainnya, ada yang tertambat di tepian sungai atau tersangkut di kaki-kaki  jembatan dan/atau tenggelam mengendap di dasar sungai akibat pendangkalan aliran sungai. Oleh beberapa orang pemancing ikan, kailnya sering tersangkut kantong-kantong tersebut. Untuk hal tersebut diperkirakan berdasarkan hasil penelusuran, berasal dari pembuangan oleh usaha potong/pedagang ayam dari pasar di pesisir sungai atau berdekatan dengan DAS sungai Bekasi.
                                                                       
Ø    Sungai Bekasi masih menjadi “Tong Sampah” bagi sebagian warga Kota Bekasi, sebab hingga hari ini masih saja ditemukan tumpukan sampah di daerah sempadan sungai dan di aliran sungai. Penertiban berupa himbauan melalui Papan dan spanduk pengumuman untuk larangan membuang sampah ke sungai tidak efektif dan tidak menimbulkan hasil maksimal. Sungai Bekasi oleh Pemerintah Kota Bekasi belum maksimal menetapkan suatu kebijakan untuk memperlakukan Sungai Bekasi termasuk Kali Malang dan kali lainnya bersifat terencaana secara berkesinambungan dan efektif, terukur dan mendapat dukungan serta aturan tegas yang terpatuhi oleh warga kota Bekasi. Belum ada tindakan tegas terhadap pembuang sampah ke sungai serta penutupan titik-titik sampah sepanjang bantaran sungai. Terhadap pencemar sungai oleh pembuangan sampah atau limbah beracun belum pernah ada tindakan tegas hingga diajukan ke Pengadilan, kecuali hanya bersifat teguran dari pihak Pemerintah Kota Bekasi. Harus benar-benar diberlakukan penerapan sanksi yang nyata dan tegas, yang berdampak membuat jera para pelaku kejahatan sampah dan limbah beracun  pada sungai Bekasi.


Program Kali Bersih pada Sungai Bekasi oleh Pemerintah Kota Bekasi ; SAMPAH masih ada.


Ø    Penangkapan Satwa/Binatang Liar di habitat Daerah Aliran Sungai(DAS), khususnya Biawak dan Ular di sungai Bekasi oleh warga untuk diperdagangkan. Binatang biawak yang ditangkap ada yang mencapai panjang 1,5 meter, demikian juga ular- berbagai jenis. Biawak biasanya terlebih dahulu diawetkan baru kemudian dijual sebagai benda hiasan.  Kekhawatiran sangat mungkin akan terjadi ketidak-seimbangan ekosistem dalam lingkaran rantai makanan pada lingkungan perairan DAS dan dapat berakibat pengembangbiakan yang tidak teratur dan tidak seimbang. 

        Ketimpangan lingkungan akibat Ekosistem yang dirusak dapat berakibat buruk baik siklus ekologi lingkungan dan tentu berpengaruh bagi keselamatan manusia. Oleh karena ekosistem merupakan hubungan timbalbalik antara makhluk hidup dengan lingkungannya, dimana adanya tatanan kesatuan yang utuh serta menyeluruh antar unsur dan saling mempengaruhi.

Ø    Penebangan dan kematian pepohonan sempadan sungai, khususnya pohon bambu termasuk pohon bambu kuning yang pernah di tanam atau digiatkan oleh Pemkot Bekasi di tahun 2011. Pohon-pohon bambu yang setelah ditebang begitu saja ditinggal mati atau selalu dipangkas sehingga tidak tumbuh tinggi, demikian pula tidak terdapat kesadaran dan inisiatif untuk menanam tambah atau mengganti oleh penebang atau warga pemukim di DAS, selain itu cabang dan ranting, daun atau sampah penebangan pepohonan dihanyutkan ke sungai.



Sampah di sungai Bekasi


Ø    Pembangunan Perumahan dan Pemukiman yang bersinggungan dengan DAS, ada yang menggunakan, menghilangkan dan/atau tidak menyediakan wilayah sempadan sungai. Hal yang belum pernah mendapat tindakan nyata oleh Pemerintah Kota Bekasi, setidaknya pemerintah bertindak dan menetapkan “status quo” terhadap adanya bangunan pada bantaran kali untuk kemudian dibongkar. Minimnya Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang harusnya disediakan oleh para pengembang perumahanpun tidak mendapat perhatian serius, padahal dapat ikut membantu mencukupi ketersediaan RTH Kota Bekasi yang hanya baru mencapai 11,9 % ditahun 2013 dan bila dimaksimalkan hanya bisa 24% RTH terbangun saat ini oleh Pemerintah Kota Bekasi.



Ruang Terbuka Hijau(RTH) yang dibangun salahsatu Pengemban Perumahan Mewah di Bantaran Sungai Bekasi 
dengan Garis Sempadan Sungai yang baik dan benar.


       Sungai mestinya harus di bebaskan dari adanya pembangunan fisik di sempadan sungai dan modifikasi teknik dengan mengubah aliran sungai seperti pembangunan bendungan, talud atau pelengsengan tebing sungai, karena akan mengubah karakter hidroulik sungai dan menghilangkan vegetasi asli sempadan sungai.

Ø      Manfaat Sungai Bekasi - termasuk kali Malang dan kali lainnya, bagi sebagian warga Kota Bekasi saat ini masih dimanfaatkan untuk keperluan pengairan pertanian, perkebunan, peternakan ikan dan kolam pemancingan dan kegiatan ekonomi lainnya seperti menjala atau memancing ikan. Demikian pula kebutuhan air minum yang disalurkan oleh Perusahaan Daerah Air Minum Kota Bekasi, menggunakan sumber air dari Sungai Bekasi.
     
      Akibat pencemaran yang terjadi tentunya ikan dari sungai tersebut tidak layak secara kesehatan untuk dikonsumsi, begitupun air untuk keperluan minum membutuhkan tekhnologi, biaya dan waktu untuk menghasilkan air bersih yang layak konsumsi.
      Data Badan Perlindungan Lingkungan Hidup (BPLH) Kota Bekasi 2011, tentang status kelas dan mutu air sungai utama di Kota Bekasi, telah terjadi “pencemaran berat Sungai Bekasi”. Sangat mengkhawatirkan dan berpengaruh negatif terhadap pengguna air dan kualitas lingkungan Kota Bekasi.


 "Nelayan"sungai Bekasi

Ikan sapu-sapu, hasil tangkapan"Nelayan" sungai Bekasi. Ikan ini akan dijual untuk bahan baku pembuatan bakso ikan dan otak-otak di kota Bekasi.


Ø  Kota Bekasi  memberikan kontribusi  terhadap emisi Gas Rumah Kaca (GRK). Kecenderungan emisi di Kota Bekasi berdasarkan data studi Analisis GRK yang diakukan BPLH tahun 2010 seiring berjalannya waktu memperlihatkan laju sekitar 0,45 MT CO2-e per tahun. Sehingga emisi yang dihasilkan Kota Bekasi pada tahun 2010 sekitar 15,2  MT CO2-e dan tingkat emisi Kota Bekasi memberi kontribusi nasional sebesar 1,09 %. Jika dilihat berdasarkan sektoral potensi emisi GRK, sektor limbah domestik menjadi kontributor terbesar emisi GRK Kota Bekasi. Komponen ini mencapai jumlah 59%, kemudian sektor energi yang mencakup: industri, transportasi dan rumah tangga mencapai 41%, kemudian diikuti sektor pertanian dan peternakan yang jumlah keduanya hanya 0,05%. 



Kualitas udara dan kondisi cuaca kota Bekasi (Mei 2014



Ø       Perumahan Claster dan Banjir. Kota Bekasi dan umumnya sekarang ini sedang trend 
       adanya pembangunan Perumahan tipe Claster. Hanya beberapa rumah untuk 
       memaksimalkan ketersediaan lahan yang sempit dan kemudahan prosedur maupun biaya 
       perijinan dan persyaratan yang harus dipenuhi pengemban. Lahan terbatas, tetapi 
       menggunakan secara maksimal (pakai habis)ketersediaan lahan yang dimiliki.  Tidak ada 
       sela untuk lahan hijau maupun saluran pembuangan air dari perumahan tersebut secara 
       dan ramah lingkungan. Di beberapa tempat kami menyaksikan lingkungan perumahan 
       jenis ini sangat, “memaksakan” kondisi lingkungan, dimana untuk saluran pembuangan air 
       dan limbah, sangat minim tersedia dan hanya menumpang pada saluran yang telah 
       tersedia. Kemungkinan timbulnya penyumbatan dan minimnya daya tamping air buangan, 
       adalah akibat lain terjadinya banjir disebagian kota Bekasi.
       Sungai Bekasi dan Kali Malang, mestinya bias menjadi kanal banjir alami di kota Bekasi, 
       akan tetapi pembangunan system saluran pembuangan sangat buruk dan bahkan 
       pinggiran sungai sebagai bagian dari batas riparian juga terpakai habis. Garis sepmpadan 
       sungai dan dinding penghalang air sungai lenyap ditelan bangunan. Ketika musim 
       penghujan dating, maka banjir menjadi liar mengairi berbagai kawasan, utamanya yang 
       bersinggungan langsung dengan aliran sungai Bekasi.


"Hantu "Banjir di kota Bekasi 


      
Berkenaan dengan permasalahan global tentang laju Perubahan Iklim(Climate Change), tentu kondisi demikian sebagaimana tersebut di atas ikut melemahkan kualitas, bahkan meniadakan kontribusi fungsi lingkungan sungai Bekasi kepada perubahan iklim global dan lebih khusus pada kualitas udara dan lingkungan kota Bekasi dan sekitarnya.


Bersambung.... ke ; KAMPANYE PEDULI SUNGAI BEKASI

Tidak ada komentar: