Senin, 29 Desember 2014

Pemberitahuan

Blog Komunitas Embun telah berubah (secara sederhana) menjadi Website dengan nama domain ; 

www.embuncommunity.com. 

Patut kami bersyukur kehadirat Tuhan-Allah SWT, semoga mendapat berkat dan dimudahkan untuk pengelolaan selanjutnya agar lebih baik. 

Masukan saran dan kritik dari #sahabatembun tentu kami terima dengan senang hati, demi perbaikan lebih lanjut, semata untuk kebaikan bersama. 


#salamembun 

 Bekasi, 29 Desember 2014 


Komunitas EMBUN 
LSM untuk Perlindungan Lingkungan & Ekosistem

Jumat, 26 Desember 2014

#mozaikembun

Kita berebut 
untuk menjadi Pembicara hebat

Hanya sedikit yang berusaha
menjadi
Pendengar setia "



by #embuncommunity

Kamis, 20 November 2014

MINYAK BUMI ; Energi Fosil Yang Akan Habis


Bahan bakar sebagai unsur yang menghasilkan energi untuk menggerakkan mesin industri, mesin kendaraan, mengerakkan turbin untuk menghasilkan listrik dan lain penggunaannya berasal dari bahan bakar minyak bumi, batu bara, gas, panas bumi, air, matahari, angin, gelombang laut, nuklir dan dari tumbuh-tumbuhan.




Aktifitas usaha manusia untuk memproduksi barang dan jasa, melalui pencapaian kemajuan tekhnologi, tercipta mesin-mesin sebagai alat produksi. Mesin-mesin itu digerakkan oleh energi yang bersumber dari bahan-bahan tersebut di atas. Ketergantungan itulah yang semakin membuat kebutuhan akan sumber energi, dari waktu ke waktu bukan saja menyebabkan eksploitasi sumber daya alam bumi tidak lagi memperhatikan faktor keselamatan lingkungan. Dampak eksploitasi yang penuh nafsu, telah mengurangi daya tahan atau kekuatan lingkungan untuk memproduksi dampak positif bagi kesehatan manusia dan kelangsung kestabilan lingkungan itu sendiri.

Energi yang dihasilkan dan menggerakkan mesin-mesin produksi, juga menjadi kontributor dampak negatif berupa polusi gas karbon maupun sampah. Gas karbon yang dihasilkan dari akibat aktifitas mesin produksi oleh  industri, alat mesin transportasi, dampak pembangunan yang menghasilkan gas rumah kaca dan sampah yang dihasilkan sebagai bagian terbuang produksi dan aktifitas manusia, telah menjadikan lingkungan mengalami penurunan kualitas yang luar biasa di satu abad terakhir ini.

Energi yang bersumber dari minyak bumi dengan segala turunannya berupa bensin atau minyak bakar, solar, avtur, minyak tanah, aspal, oli, dan LPG, adalah yang terutama dan umum dipakai sekarang ini. Sementara itu ketersediaan makin menipis oleh karena tidak dapat diperbaharui.kandungan minyak bumi. Minyak bumi merupakan hasil olah fosil dalam perut bumi yang berlangsung jutaan tahun. Butuh jutaan tahun lagi atau waktu yang sama untuk mendapatkan pembaharuan ketersediaan energi dimaksud.

Selain ketersediaan dan sifatnya yang tidak dapat diperbarui, minyak bumi telah ikut mengotori, merusak dan melenyapkan  lingkungan hidup, antara lain ;

o  Pemanasan Global, sebab minyak bumi - sebagaimana juga dengan batu-bara,  ketika dibakar melalui beragam aktifitas baik mesin-mesin industry, rumah tangga maupun mesin kendaraan, akan menghasilkan gas karbon dioksida(CO2), bagian dari efek gas rumah kaca yang menumpuk di atmosfir. Penumpukan kadar CO2 di atmosfir telah meningkat di decade terakhir ini dari 180-300ppmv menjadi 380ppmv. Pemanasan global membuat bumi mengalami kondisi tidak menentu oleh akibat perubahan cuaca. Kekeringan terjadi, gleisier maupun benua es terus meleleh yang membuat massa dan permukaan air laut terus naik dengan gelombang laut yang makin ganas, kegagalan panen, seragan udara panas di kota-kota besar dunia, kematian hewan oleh musnahnya sumber makanan dan hilangnya habitat. Pemulihan lingkungan hidup terhambat dan melambat, bahkan cenderung gagal.

o  Pencemaran Lingkungan, adalah dampak paling berbahaya mulai dari aktifitas eksplorasi pengeboran atau pengangkatan minyak dari dalam perut bumi, pengangkutan, hingga pemrosesan. Disekitar ladang pengeboran akan terjadi penumpukan oleh lumpur emulsi minyak dan air sehingga menutupi permukaan tanah atau lautan disekitarnya dan menghilangkan kualitasnya bagi sumber penghidupan lainnya. Pengangkutan minyak mentah-minyak bumi, sering mengalami masalah oleh adanya kebocoran atau kecelakaan akibat berbagai kendala yang berakibat terjadinya tumpahan minyak. Demikian juga ketika diproses untuk memisahkan emulsi minyak dari air melalui proses ekstraksi, maka air kotor hasil ekstraksi sangat berbahaya bagi lingkungan sekitarnya. Pencemaran dari akibat kebocoran atau tumpahan minyak, telah sangat berakibat buruk bagi lingkungan, baik di darat maupun laut. Telah banyak contoh kasus pencemaran oleh aktifitas pengelolaan minyak bumi, termasuk ladang minyak yang telah habis masa produksinya, tidak bisa lagi dimanfaatkan untuk kegiatan ekenomi lain yang tentu sangat disesalkan.


Apakah kita harus berhenti menggerakkan mesin-mesin dan aktifitas hidup manusia, oleh dampak negatif minyak bumi maupun oleh akibat kehabisan energi bahan bakar yang berasal dari minyak bumi ? 
Tentu tidak, masih tersedia banyak sumber energi lain yang bahkan tidak terpakai habis dan sangat melimpah.

Minyak bumi maupun batubara adalah sumber energi berbasis fosil pada perut bumi yang tidak dapat diperbarui. Energi pakai habis, karena ketersediaannya yang terbatas. Pilihan untuk menggantikan energi fosil tersedia bermacam sumber untuk dikembangkan dan dimanfaatkan secara tidak terbatas.

Minyak bakar untuk kendaraan bermotor, terdapat ethanol, yaitu bahan bakar dari tanaman pangan seperti jagung ataupun gandum yang difermentasi menjadi  alcohol, untuk ditambahkan dengan minyak bakar guna meningkatkan kadar oktan dan kualitas emisi gas buang. Sumber energi yang menjadi pilihan lain yaitu gas alam, hydrogen, propane, biodiesel, methanol, listrik dan lainnya dari gabungan antara ethanol, gas alam dan metyhltetrahydrofuran (MeTHF) yang disebut P-series (hedisasrawan.blogspot.com).

Mekanisasi industri modern telah berbasis elektrikal sebagai penggerak mesin dan operasional kegiatan lainnya, demikian juga dengan kebutuhan tenaga penggerak barang-barang elektronik hampir seluruhnya menggunakan tenaga listrik. Minyak bumi yang selama ini digunakan yang berbatas persediaan dapat segera atau pada akhirnya digantikan dengan energi baru yang tidak terbatas persediaannya.

Dunia pernah mengalami masa suram terjadinya krisis energy di tahun 1973 dan berulang di tahun 1979 oleh akibat kelangkaan kegtersediaan dan penurunan produksi minyak bumi, diikuti kenaikan  harga minyak bumi yang sangat tinggi, akibat unsur kesangajaan spekulan maupun besarnya permintaan pasar.

Ketersediaan cadangan minyak bumi dunia, dengan catatan tidak terjadi lonjakan pemakaian, yang saat ini sekitar 84 juta barrel (13,4×106 m3) per hari – 4.9km3 per tahun, maka masih sekitar 120 tahun lagi, dengan persedian cadangan berkisar antara 190 km3 atau 1,2 triliun barrel (wikipedia.org).

Negara-negara industri utamanya dan bahkan semua aktifitas manusia bumi tanpa terkecuali saat ini, bergerak dengan ditopang kebutuhan dan dukungan energi untuk berbagai aktifitasnya. Indonesia, berdasarkan data yang pernah dirilis Reforminer Institute (Desember 2013), diperkirakan cadangan minyak Indonesia akan habis dalam waktu 12 tahun dengan ketersediaan hanya 3,7 milyar barrel, dengan rata-rata konsumsi tiap hari 1,2 juta barrel. Cadangan minyak bumi Indonesia hanya 0,3% dari cadangan minyak dunia.

Memahami kondisi riil sifat terbatas dan untuk kebutuhan jangka panjang, maka saatnya beralih ke sumber energi baru dan terbarukan. Pilihan ada pada sumber energi oleh matahari, air, angin, gelombang laut, panas bumi, juga nuklir. Matahari, air, angin, gelombang laut tersedia melimpah dan tak terbatas. Khusus untuk nuklir memerlukan pertimbangan yang sangat matang bila ingin digunakan, teramat khusus di Indonesia dengan wilayah rentan bencana alam gempa bumi dan faktor kemampuan sumber daya manusia dan kedisplinan masyarakatnya. 

Kehidupan harus terus berlanjut, energi terus dibutuhkan dan akan bertambah dari waktu ke waktu. Suka atau tidak kita diharuskan dan bahkan dipaksa untuk mencari untuk menemukan energi baru, bukan lagi minyak bumi dan bahkan batubara, tidak energi fosil.
Perut bumi telah terlalu sering dan lama di"obrak-abrik", mengakibatkan lingkungan alam bumi menjadi makin berbahaya untuk kelangsungan kehidupan makhluk hidup, hari ini dan masa depan.


Bekasi 20 Nopember 2014

Ditulis oleh ; M.Thaha Pattiiha
Direktur Eks. LSM Komunitas Embun

Selasa, 21 Oktober 2014

EBOLA VIRUS ; Five top tips to avoid the deadly virus




1. Soap and water

Wash your hands regularly with soap and clean water - and use clean towels to dry them. This can be difficult in slum and rural areas where there is not always direct access to clean water - but it is an effective way to kill the virus. Ordinary soap is all that's needed.

Shaking hands should also generally be avoided, Dr Unni Krishnan of Plan International told BBC Africa, because Ebola spreads quickly when people come into contact with an infected person's body fluids and symptoms take can take a while to show. Other forms of greeting are being encouraged, he says.

2. No touching

So if you suspect someone of having Ebola, do not touch them. This may seem cruel when you see a loved one in pain and you want to hug and nurse them, but body fluids - urine and stools, vomit, blood, nasal mucus, saliva, tears, sperm and vaginal secretion - can all pass on the virus.
An infected person's symptoms include fever, muscle and joint pain, sore throat, headache and fatigue - followed by nausea, vomiting and diarrhoea, which may include blood.

Encourage them to seek help from a medical professional or health centre as soon as possible. It is also advisable not to touch the clothes or bedclothes of Ebola patients - and Medecins Sans Frontieres advises that such sheets and even mattresses be burnt.

3. Avoid dead bodies

If you think someone has died from Ebola, do not touch their body, even as part of a burial ceremony. When someone has died, you can still catch Ebola from their body as it ejects fluids that make it even more contagious than that of a sick person.
Organise for a specialised team to deal with the body as quickly as possible as it is risky to leave a dead body for any length of time in a cramped living area.

4. No bushmeat

Avoid hunting, touching and eating bushmeat such as bats, monkeys and chimpanzees, as scientists believe this is how the virus was first transmitted to humans.

Even if a certain wild animal is a delicacy in your region, avoid it as its meat or blood may be contaminated. Make sure all food is cooked properly.

5. Don't panic

Spreading rumours increases fear. Do not be scared of health workers - they are there to help and a clinic is the best place for a person to recover - they will be rehydrated and receive pain relief.

About half of the people infected in the current outbreak have died. There have been cases of medics being attacked and people being abandoned when they are suspected of having Ebola - even when they are suffering from something else.



Source; Special.

Climate Change Action ; SEIZE YOUR POWER

SIGN THE PLEDGE. SEIZE YOUR POWER WITH WWF!

Join the call for climate change action and 
give your support to the future of renewable energy. 

We believe our future can, and should, be supported by nature. 

Energy systems in place around the planet in the next four years will determine the path of climate change the world for generations. 

All countries have the right to develop, but we need to invest money now in clean and renewable energy - to limit dangerous climate change, to reduce risks to human health from fossil fuels, access to the fast-track to the energy and to keep our future collective. 

We call on financial institutions and governments around the world to take action to invest more in sustainable energy powered by wind, water and sun. They should be phased investments in coal, oil and gas, and allow only the transition from dirty energy and unsustainable today. 

World needs investment in nature, and there is good reason to do so now more than ever. We stand for a future in which people live in harmony with nature. Investment in fossil fuels threatens nature and stability of the community and society. Investing in renewable energy will support, clean sustainable future for all. 

There should be no financial rewards for environmental harm and human. 

We chose to invest in the solution rather than the problem: join us. 

Seize your power. 

Or copy and paste it into an email: 

NGO Embun Community has just signed this pledge from the WWF, and we thought you might be interested in: 

http://bit.ly/WWF_SYP_ty3
http://action.panda.org/ea-action/action

Senin, 20 Oktober 2014

KALI BEKASI Sebagai “Water Front City” (Bagian ketiga ; Habis)

(Bagian ketiga ; Habis)


KAMPANYE PEDULI SUNGAI BEKASI

Berdasarkan temuan dan dan indikasi tersebut di atas, LSM Komunitas Embun telah memprogramkan kegiatan berupa “Kampanye Peduli Sungai Bekasi” dengan implementasi program berupa gerakan kampanye dan kegiatan lapangan yaitu melakukan publikasi, komunikasi, pembinaan dan edukasi kepada masyarakat kususnya pada daerah sekitar bantaran sungai dan melakukan kegiatan penghijauan di sepanjang bantaran sungai.

Inti Program Kampanye diarahkan lebih spesifik kepada ;

  1. Sungai Bekasi dan Kali Malang sebagai Water Front City
  2. Perlakuan Sampah dan Limbah
  3. Konservasi Perlindungan Garis Sempadan Sungai.

1.   Sungai Bekasi dan Kali Malang sebagai Water Front City

     Sungai memiliki fungsi strategis dan bagian penting komponen bagi kehidupan khususnya manusia dan juga  hewan, tumbuhan maupun udara. Melestarikan fungsi air sungai  perlu dilakukan pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air secara bijak dan kontinyu seiring laju perkembanan penduduk dan perubahan oleh pembangunan wilayah, agar dapat menjadi sumber air baku, air minum, perikanan, peternakan, pertanian, kegiatan usaha dan perdagangan maupun sebagai sistem drainase dan pengendali banjir. Peningkatan dan perkembangan pemukiman kependudukan, perkembangan pemukiman dan perubahan perilaku masyarakat  telah mengakibatkan kualitasnya sungai menjadi tercemar akibat berbagai aktifitas khususnya limbah domestik masyarakat maupun aktifitas ekonomi utamanya kegiatan industri yang membuang limbahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung ke sungai. Hal yang menunjukan bahwa persepsi masyarakat terhadap sungai, masih sebatas sebagai tempat untuk pembuangan dan penampuangan akhir beraneka macam kotoran sampah dan limbah.

Membersihkan dan memperlakukan sungai harus dilakukan secara terus menerus seperti halnya setiap waktu kita selalu membersihkan rumah dan halaman sendiri. Melalui komunitas-komunitas warga disepanjang bantaran sungai, harus dibangun kepeduliannya sehingga menjadi komunitas masyarakat yang selalu sadar dan rela peduli sungai. Sungai dikedepankan dalam porsi yang harus dijaga, dirawat dan menjadikannya bagian penting dari lingkungan pemukimannya. Perubahan wawasan masyarakat tentang sungai memang memerlukan kerja keras dan sungguh-sungguh secara terus menerus, hingga terbentuk kepedulian yang nyata dalam cara pandang dan perlakuan atas keberadaan sungai yang bersinggungan dengan kehidupan kesehariannya. Komunitas warga lingkungan sungai harus diberdayakan melalui kegiatan diskusi dan pembelajaran serta penyamaan persepsi sehingga terbangun kesadaran dan kemandirian untuk menjadi pelopor terdepan dalam perlakuan, pengelolaan dan pelestarian sungai.

Penerapan  konsep “Water Front City”, dipandang bisa menjadi solusi untuk mulai memperbaiki persepsi masyarakat terhadap sungai. Sungai pada dasarnya dapat dipelihara dan bisa menjadi bagian dari halaman rumah kita.


Terdapat  hanya ada bagian kecil pingguran sungai Bekasi yg tertata baik, hijau dan asri




 2.        Perlakuan Sampah dan Limbah

    Selama ini sebagian besar masyarakat masih memandang sampah sebagai barang sisa   yang tidak berguna, bukan sebagai sumber daya yang perlu dimanfaatkan. Masyarakat dalam memngelola sampah masih  bertumpu pada pendekatan akhir yaitu sampah dikumpulkan, diangkut dan dibuang.

    Oleh karena itu, selain UU Nomor 7 tahun 2004 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air,  maka Undang-undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, juga telah mengamanatkan bahwa pada dasarnya masyarakat dapat berperan didalam pengelolaan sampah yang diselenggarakan oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Demikian pula  oleh Pemerintah Kota Bekasi melalui Peraturan Daerah Kota Bekasi Nomor 15 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Sampah Di Kota Bekasi.

    Beberapa hal terjadinya alih fungsi berakibat adanya bencana oleh karena pembuangan sampah, mengakibatkan  terjadinya banjir karena sampah mengakibatkan tersumbatnya aliran sungai. Adanya kekurang-pahaman hubungan timbal balik antara air dan lahan, yang ditandai dengan pemanfaatan dataran banjir tanpa pengaturan dan antisipasi terhadap resiko banjir dan okupasi lahan di sempadan sungai yang berakibat terjadinya penurunan kapasitas palung sungai karena pendangkalan dan penyempitan oleh sedimentasi, sampah, dan gangguan aliran sungai.

   Pemerintah, dunia usaha dan komunitas warga  masyarakat peduli sungai yang sudah tumbuh dan memberikan perhatian tentang sampah ini, agar bekerjasama guna mengurangi sampah yang masuk ke dalam sungai dan timbunan titik-titik sampah yang ada di bantaran sungai, serta perlu menghilangkannya sama sekali dari dalam sungai dan bantaran sungai.

     Untuk membersihkan sampah di sungai dan bantaran sungai di Kota Bekasi maka kerjasama yang baik dan memerlukan energi yang luar biasa besar, untuk mempercepat terwujudnya sungai dan kali di Kota Bekasi yang bersih dan bebas dari sampah. Pemerintah Kota Bekasi dan masyarakat di sepanjang bantaran sungai  perlu digerakkan untuk melakukan upaya penutupan titik-titik sampah yang masih ada di bantaran sungai dan kali khususnya Sungai Bekasi secara abadi.  Kegiatan pencegahan hingga penuupan titik-titik sampah dilakukan melalui pembinaan perilaku masyarakat untuk memperlakukan sampah sebagai sesuatu yang memiliki dampak negative sebaliknya juga positif setelah diolah.

    Lingkungan komunitas bantaran sungai diarahkan untuk secara sadar berpartisipasi ikut menghilangkan sampah dan konsentrasi sampah pada titik-titik area pembuangan yang selama ini ada, dengan merubah atau menggantikannya dengan area hijau melalu penanaman pepohonan, maupun penyediaan tempat penampungan sampah sementara dengan pembiayaan sendiri atau melalui pendanaan anggaran daerah Pemerintah Kota Bekasi.

    Upaya memotivasi melalui pendekatan dialogis agar pada akhirnya dapat membantu dan untuk jangka panjang terbentuk tanggung jawab secara mandiri  untuk secara bersama memperlakukan sampah dan area bantaran sungai menjadi bersih, hijau dan asri melalui perubahan cara pandang dan penikmatan fungsi adanya sungai di lingkungannya.


 3.   Konservasi Perlindungan Garis Sempadan Sungai.

     Konservasi dan Perlindungan adalah dua hal yang berbeda penjabaran program kerjanya akan tetapi memiliki keterkaitan yang saling mendukung. Konservasi bersifat perbaikan tetapi sekaligus terpenuhi tujuan perlindungan, sebaliknya melakukan perlindungan harus dilakukan konservasi.

Dengan perlindungan yang dilakukan terhadap aliran pemeliharaan sungai dan ruas restorasi sungai maka dapat mengembalikan sungai ke kondisi alami dengan melalui kegiatan fisik dan rekayasa secara vegetasi. Terhadap sempadan sungai harus dilakukan perlindungan melalui pembatasan pemanfaatan sempadan sungai melalui tindakan yang tegas dan transparan.

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2011, ditetapkan bahwa untuk kawasan perkotaan, Garis Sempadan Sungai (GSS)sungai kedalaman < 3 meter untuk sungai tidak bertanggul 10 meter dan bertanggul 3 meter dari tepi luar kaki tanggul. Sungai kedalaman 3-20 meter GSS 15 meter. Bentuk perspektif Sempadan Sungai diilustrasikan sebagai berikut ;

Zona Riparian

Pemerintah diminta untuk harus dapat memetakan, menentukan dan menetapkan lebar sempadan Kali Bekasi dan kali lainnya di Kota Bekasi, yang dapat dilakukan secara mudah berdasarkan data ekologi, morfologi dan hidraulik sungai, karena dapat diukur dan disesuaikan dengan kondisi lokal sungai. Selain itu sesuai cara banjir rencana, yang mungkin sulit dilakukan untuk memetakan dan merencanakan luas genangan banjir.

Konservasi Garis Sempadan Sungai, khususnya Sungai Bekasi harus menjadi salah satu program prioritas Pemerintah Kota Bekasi dan tentu harus bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Bogor, Pemerintah provinsi Jawa Barat serta Pemerintah DKI Jakarta, oleh karena alur sungai hulu dan hilir yang bersinggungan dengan berdasarkan azas manfaat. Harus secara sungguh-sungguh dan kontinyu melakukan konservasi dan penghentian dan/atau pembatasan pemanfatan sempadan sungai, palung sungai, danau paparan banjir dan dataran banjir.

Kesehatan ekologis sempadan sungai tidak sekadar tergambar dari banyaknya jenis tumbuhan dan hewan yang hidup di sana tetapi peran tumbuhan dalam menjaga kestabilan tebing sungai dan memelihara keseimbangan ekosistem.
Hal tersebut atas pertimbangan bahwa berdasarkan beberapa sumber data analisa dan studi kepustakaan yang kami lakukan, disimpulkan bahwa tanaman yang cocok untuk ditanam pada bantaran Sungai Bekasi adalah pohon bambu, berdasarkan beberapa hasil analisa dari studi kepustakaan yang dilakukan.  

Oleh Kementerian Lingkungan Hidup Indonesia, dikatakan bahwa di tingkat internasional, bambu mempunyai nilai penting dalam hal penyerapan karbon penyebab perubahan iklim serta pelaksanaan konservasi dan pembagian keuntungan yang diatur dalam Konvensi Keanekaragaman Hayati yang telah disepakati di Nagoya, Jepang.

Menurut  Yayasan Kehati Indonesia, tanaman bambu merupakan multipurpose spesies yaitu tanaman yang serba guna. Selain dapat menjadi rumah bagi organism lain, bahkan bambu juga dapat menjadi bahan alternatif papan yang mengisi kebutuhan kayu bagi pembangunan. Pertumbuhan bambu yang cepat juga dapat membantu menyelamatkan daerah resapan air khususnya bantaran sungai secara cepat pula.

Peneliti tanaman bambu dari LIPI, Prof. Elizabeth Anita Widjaja (Ahli Taksonomi Bambu) mengatakan terdapat 1500-an dari 75 marga tanaman bambu didunia, Indonesia memiliki sekitar 157 jenis yang sekitar 88 adalah tanaman endemic Indonesia atau tidak ada di negara lain, dengan hanya 56 jenis di antaranya dapat berfungsi secara ekonomis.
Bambu  termasuk tanaman Bamboidae anggota sub familia rumput,  memiliki keanekaragam jenis bambu di dunia sekitar 1250 – 1500 jenis sedangkan Indonesia memiliki hanya 10%  sekitar 154 jenis bambu (Wijaya et al, 2004).

Hasil studi Akademi Beijing dan Xu Xiaoging,   melakukan inventarisasi dan perencanaan hutan  dengan melakukan studi banding hutan pinus dan bamboo pada DAS ternyata bamboo menambah 240% air bawah tanah lebih besar dibandingkan hutan pinus.  (Bareis, 1998, dalam Garland 2004). Disebutkan juga bahwa  untuk daerah kritis yang perlu direboisasi, bambu direkomendasikan sebagai salah satu tanaman perintis mengingat kemampuannya dalam mempengaruhi retensi air dalam lapisan topsoil yang mampu meningkatkan aliran bawah tanah secara nyata. Maka oleh alasan nilai adat, budaya dan konservasi, China telah berhasil melakukan penanaman hutan bambu seluas 4.3 juta ha ( 35% dari luas hutannya) dan mampu menghasilkan produksi bambu lestari sebanyak 14.2 juta ton/tahun dan memberikan kontribusi US $ 2.8 milyar (SFA, 1999,  dalam Garland, 2004)   Selain dari rebungnya sendiri, China menghasilkan 17 juta ton/thn.
Bahkan di Negara Colombia, masyarakat menyebut menanam bambu sama dengan menanam air, karena kenyataannya bambu mampu menyerap sampai dengan 90%  air hujan, jauh lebih tinggi dibanding rata rata pepohonan lain yang hanya menyerap 35-40% air hujan yang diterimanya.

Rumpun Tanaman Bambu di bantaran sungai Bekasi 


Bambu memiliki keunggulan mudah ditanam dan tidak memerlukan pemeliharaan khusus,  budidaya bambu tidak butuh biaya besar, pada jenis tertentu memiliki umur panjang dalam siklus hidup ± 30 -100 tahun. Kecepatan pertumbuhan bambu dalam menyelesaikan masa pertumbuhan vegetatifnya sangat cepat dan tidak ada tanaman lain yang sanggup menyamainya. Kecepatan pertumbuhan vegetatif bambu dalam 24 jam berkisar 30 cm – 120 cm per 24 jam, tergantung dari jenisnya. Bambu adalah tanaman berkayu yang paling cepat pertumbuhannya di muka bumi, tumbuh setidaknya 30% lebih cepat dari tanaman tercepat lainnya, hanya membutuhkan waktu sekitar tiga tahun saja, dibandingkan dengan tanaman kayu-kayuan dan buah-buahan yang memerlukan waktu yang cukup lama untuk mencapai usia dewasa.

Struktur tanaman bambu memiliki akar yang  dapat mengikat tanah dan air dengan baik, dapat menyerap air hujan hingga 90 % serta mampu menahan erosi. Selain itu, dalam hal penyerapan karbon dioksida, bambu lebih banyak menyerap karbon dioksida dari pada tanaman kayu-kayuan ataupun buah-buahan. Fungsi tanaman bambu secara global mampu mencegah dampak perubahan iklim karena sangat efektif menyerap gas karbon,  sebaliknya menghasilkan oksigen untuk kehidupan dan sekaligus berkontribusi untuk mengatasi polusi udara di wilayah perkotaan khususnya di Kota Bekasi dan sekitarnya.

Bambu adalah tanaman terbaik untuk penghijauan yang bisa mengatasi masalah pemanasan global dimana pada daun dan batang bambu, terdapat biomassa yang sangat besar, memiliki stomata yang merupakan mulut daun untuk bernapas pada pohon bambu.

Bambu secara fisik memiliki kelebihan yaitu serat panjang dan rapat, lentur tidak mudah patah, dinding keras dan sebagainya. Sehingga oleh sipapun bambu dapat dibudidayakan dengan peralatan apa adanya, tidak memerlukan pemeliharaan khusus dan tanpa membutuhkan pengetahuan yang tinggi. Bambu memiliki ketahanan yang baik serta dapat hidup kembali sekalipun ditebang atau dibakar habis rumpunnya tetap akan kembali tumbuh, bahkan diketahui pada saat kota Hiroshima di Jepang dijatuhi bom atom oleh Amerika Serikat, meratakan kota dengan tanah, bambu adalah satu-satunya jenis tanaman yang bertahan hidup dan tumbuh kembali.

Tempat yang disukai tanaman bambu adalah lahan yang terbuka dan terkena sinar matahari langsung dengan suhu berkisar 8,8 – 36oC. Tanaman bambu bisa dijumpai mulai dari ketinggian 0 sampai 2.000 m dpl. Di Indonesia tanaman bambu dapat tumbuh pada berbagai tipe iklim, dari iklim basah sampai kering. Semakin basah tipe iklimnya, semakin banyak jenis bambu yang dapat tumbuh dengan baik. Hal ini dikarenakan bambu termasuk jenis tanaman yang membutuhkan banyak air. Curah hujan yang dibutuhkan tanaman bambu minimal 1.020 mm/thn sedangkan kelembaban yang dikehendaki minimal 80%.  Berbagai jenis tanah mampu ditumbuhi pohon bambu, mulai dari tanah berat sampai ringan, tanah kering sampai becek dan dari subur sampai kurang subur. Juga dari tanah pegunungan yang berbukit sampai tanah yang landai. Tanaman bambu dapat tumbuh pada tanah yang bereaksi masam dengan pH 3,5 dan kondisi optimalnya tanah yang memiliki pH 5,0 sampai 6,5. Perlu disampaikan, khusus tingkat keasaman tanah di bantaran Sungai Bekasi tidak kami memiliki data oleh karena keterbatasan untuk pengukuran hal dimaksud.

Dengan melestarikan hutan bambu, berarti kita telah memiliki mesin penyedot karbon dioksida dalam kapasitas yang besar. Diketahui, satu hektar tanaman bambu dapat menyerap lebih dari 12 ton karbon dioksida di udara suatu jumlah yang cukup besar.

Anakan Tanaman Bambu Kuning yang  hanya kami tancapkan ke tanah sekarang tumbuh  di bantaran sungai Bekasi 

Untuk konservasi bantaran sungai wilayah perkotaan dengan makin sempitnya areal lahan dan pertimbangan fungsi manfaatnya, maka bambu adalah pilihan yang baik untuk digunakan sebagai tanaman penghijauan bantaran sungai khususnya di Sungai Bekasi.
Bambu memiliki kegunaan dan telah terbukti manfaatnya, sebagaimana himpunan data hasil studi kepustakaan sebagaimana dijelaskan sebelumnya serta atas hasil pengamatan lapangan objek program yang disimpulkan melalui hasil analisa pertimbangan fungsi rencana yang diprogramkan oleh LSM Komunitas Embun, kami menganggap tanaman bambu menjadi pilihan untuk tanaman penghijauan konservasi untuk perlindungan bantaran Sungai Bekasi.
Namun demikian membutuhkan biaya, tenaga, waktu dan perhatian  yang berjangka panjang dan kontinyu serta keterlibatan berbagai pihak dalam porsi yang sama penting dan berfungsi sederajat.


Program Kampanye  diarahkan dengan maksud sebagai berikut

1.   Edukasi Partisipasi Masyarakat,  khususnya yang bermukim sepanjang bantaran sungai, melalui Dialog dan Diskusi, Penyuluhan, tentang kebersihan dan kesehatan lingkungan serta sosialisasi Undang-undang, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia dan Peraturan Daerah (Perda) tentang Pengairan, Pengelolaan Sampah, Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup,  Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air dan Tentang Pengelolaan Sampah, serta Perbaikan Kualitas Udara dan Perubahan Iklim.
2.    Melakukan penghijauan dengan tanaman bambu dibantaran sungai Daerah Aliran Sungai (DAS) Bekasi
3.   Menghilangkan titik-titik Sampah di sekitar bantaran sungai
4.   Terlaksana kegiatan Pengamatan, Pengawasan dan Perlindungan DAS serta pemeliharaan  
      dan melanjutkan penanaman tanaman penghijauan, secara kontinyu untuk waktu yang
      tidak dibatasi.

 Sasaran kegiatan kampanye diarahkan untuk  ;

  1. Penghijauan ; untuk sasaran awal khusus pada sepanjang bantaran Sungai Bekasi dengan prioritas penanaman dan pemeliharaan pada titik-titik area yang belum tersentuh atau masih jarang penghijauannya.
  2. Edukasi Masyarakat ; disasarkan kepada komunitas warga di sepanjang bantaran sungai dengan melibatkan perangkat RT, RW, Pemerintah Daerah, Tokoh Masyarakat dan Agama, Kelompok Remaja/Pemuda, Perempuan, dan komunitas lainnya.
 Kegiatan ini bersifat berjangka waktu untuk pencapaian tujuan yaitu ;

      1.    Mencegah dan menahan erosi atau longsor dan pengendali banjir serta berkontribusi                penyerapan gas karbon khususnya di Kota Bekasi dan sekitarnya maupun secara global.
      2.    Mencegah pembuangan sampah rumah tangga dan limbah berbahaya(B3) ke DAS, 
     akhirnya menjadi bersih, hijau dan indah, dan  sekitarnya maupun secara global.
3.    Terkembalinya fungsi ekologis sungai sebagai media kehidupan ekosistem  air, fungsi 
     Ekonomi sebagai sumber air bersih yang sehat, perairan perikanan, pertanian dan     
     peternakan  juga  fungsi kebudayaan sebagai sarana rekreasi, olah raga dan estetika.
4.  Sungai Bekasi, kali Malang dan kali lainnya dapat menjadi “Water Front City” atau Halaman Depan Kota Bekasi.

Bekasi sebagai kota yang menuju kota Metropolitan dan berbatasan langsung dengan kota Jakarta sebagai Ibukota Negara Republik Indonesia, tentu patut berbeha diri dengan memaksimalkan potensi Sumber Daya yang dimiliki seperti Sungai Bekasi dan Kali Malang.  Sungai sebagai penyedia air dan potensi pariwisata, olah raga maupun edukasi dan penyelamat lingkungan, saatnya sekarang untuk diperhatikan dan diberdayakan fungsinya untuk kepentingan masyarakat banyak bukan hanya penduduk dan orang Bekasi.

Perhatian Pemerintah Kota Bekasi dan keterlibatan masyarakat,  saatnya peduli Sungai Bekasi dan Kali Malang. Untuk dijadikan halaman depan Kota Bekasi ; “Water Front City”.

Tulisan ini merupakan kajian awal untuk menyusun sebuah Proposal Proyek yang akan diimplementasikan berdasarkan salahsatu Program LSM Komunitas Embun, dan dimaksudkan sebagai kontribusi dan partisipasi nyata dibidang perlindungan lingkungan dan ekosistem untuk Kota Bekasi khususnya dan sebagai acuan melakukan tindakan nyata terhadap isu global Perubahan Cuaca yang berakibat terjadinya Pemanasan Global dan serta semua implikasinya. Untuk itu kami publikasikan sebagai informasi dan berharap mendapat sambutan, dukungan, tanggapan dan juga koreksi untuk perbaikan selanjutnya. Demikian juga kami berharap adanya dukungan dan bantuan dari manapun, agar rencana pelaksanaan program dimaksud dapat terealisasikan dengan baik dan berhasil nantinya.

Salam@embun !


Data dihimpun dari berbagai sumber melalui pengamatan dan studi lapangan serta kepustakaan oleh Tim@embun
dan ditulis oleh
Muhammad Thaha Pattiiha
Direktur Eksekutif LSM Komunitas Embun


Kepustakaan dan Referensi ;
1.        Buku Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kota Bekasi 2005-2025)
2.        Laporan Keterangan Pertanggungan Jawab Walikota Kota Bekasi 2008-2013
4.        Penurunan Kandungan Logam Pb Dan Cr Leachate Melalui Fitoremediasi Bambu Air (Equisetum hyemale) dan Zeolit (In Press, JKPTB Vol 1 No 2) Mohammad Misbhahul Anam MS, Evi Kurniati, Bambang Suharto
5.        Bambu untuk Hidup yang Berkelanjutan Antara |Jumat,13 Juli 2012 09:31 WIB |
6.        Top of Form Bambu Menyimpan Manfaat di Masa Depan Sabtu, 29 September 2012 | 8:53
7.        id.wikipedia.org/wiki/Bambu
8.        1001 Manfaat Pohon Bambu http://www.jatimulyo.com/article/read/3/1001-manfaat-pohon-bambu.html
9.        MENGENAL  BAMBU DAN MANFAATNYA TERHADAP KONSERVASI ALAM, KONSTRUKSI DAN KERAJINAN oleh : Lieke Tan
10.      HYPERLINK "http://indonesiaforest.net/bambu.html"
11.     http://indonesiaforest.net/bambu.html_
12.     V.A Berlian, Nur dan Estu Rahayu.,Jenis dan Prospek Bisnis Bambu, 1995.
13.     Pusat Hubungan Masyarakat Kementerian Kehutanan., Bambu. Leaflet, 2011.

KALI BEKASI Sebagai “Water Front City” (Bagian kedua)

( Bagian kedua )


Hasil Pengamatan Lapangan 
terhadap Sungai Bekasi dan Kali Malang

Telah lebih dari 2(dua)tahun Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Komunitas Embun, sebagai LSM untuk Perlindungan Lingkungan & Ekosistem dan berpusat di kota Bekasi, kami melakukan pengamatan dan mencatat bebera temuan, dan menganalisanya secara seksama dan kemudian menyimpulkan temuan lapangan tersebut sebagai suatu indikasi adanya “sesuatu” yang membahayakan  ketahanan kualitas, kelangsungan dan fungsi keberadaan Sungai Bekasi.

Data baku mutu (kualitas) air sungai Bekasi berdasarkan data dari Pemerintah Kota Bekasi, sebagai ukuran analisa dan kesimpulan hasil pengamatan lapangan.

Bahwa permasalahan dari hal yang terjadi pada Sungai Bekasi dan Kali Malang, mengindikasikan telah terjadi pencemaran lingkungan air sungai yang tentu akan berakibat buruk dan adalah ancaman terhadap bakal hilangnya ekosistem khususnya pada sungai Bekasi. 

Temuan lapangan  sebagai berikut ;

Ø     Kematian ikan di Sungai Bekasi dan kali Malang yang terjadi dipertengahan tahun 2012 dan awal 2013. Kejadian kematian ikan demikian sering terjadi secara periodik sesaat setelah terjadinya banjir banjir. Asal usul pencemar terindikasi melalui penelusuran dan pengumpulan informasi dari warga dan pengamatan kami dilapangan saat itu berasal dari pembuangan limbah detergen dari salah satu pabrik industri sabun detergen di daerah Kecamatan Rawa Lumbu. Menurut warga sudah sering terjadi saat banjir besar, sementara pengamatan kami disaat  setelah banjir yang menggenangi sebagian wilayah kota Bekasi surut tahun 2013. Tentu secara pasti masih harus dilakukan penelitian lebih lanjut secara ilmiah untuk sampel air yang diperkirakan telah tercemar ke laboratoriun, akan tetapi terkendala karena adanya keterbatasan secara finasial.

Ø     Adanya bau tidak sedap (bau busuk) dari Sungai Bekasi yang terendus pada bulan April dan September 2013  yang terjadi ketika air sungai sedang surut dan arus air melambat. Bau bangkai tersebut ternhyata berasal dari bangkai binatang. Penelusuran di hampir sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) dan ditemukan kantong-kantong plastik berukuran besar yang di dalamnya berisi bangkai ayam dan isi perut serta kotoran ayam lainnya, ada yang tertambat di tepian sungai atau tersangkut di kaki-kaki  jembatan dan/atau tenggelam mengendap di dasar sungai akibat pendangkalan aliran sungai. Oleh beberapa orang pemancing ikan, kailnya sering tersangkut kantong-kantong tersebut. Untuk hal tersebut diperkirakan berdasarkan hasil penelusuran, berasal dari pembuangan oleh usaha potong/pedagang ayam dari pasar di pesisir sungai atau berdekatan dengan DAS sungai Bekasi.
                                                                       
Ø    Sungai Bekasi masih menjadi “Tong Sampah” bagi sebagian warga Kota Bekasi, sebab hingga hari ini masih saja ditemukan tumpukan sampah di daerah sempadan sungai dan di aliran sungai. Penertiban berupa himbauan melalui Papan dan spanduk pengumuman untuk larangan membuang sampah ke sungai tidak efektif dan tidak menimbulkan hasil maksimal. Sungai Bekasi oleh Pemerintah Kota Bekasi belum maksimal menetapkan suatu kebijakan untuk memperlakukan Sungai Bekasi termasuk Kali Malang dan kali lainnya bersifat terencaana secara berkesinambungan dan efektif, terukur dan mendapat dukungan serta aturan tegas yang terpatuhi oleh warga kota Bekasi. Belum ada tindakan tegas terhadap pembuang sampah ke sungai serta penutupan titik-titik sampah sepanjang bantaran sungai. Terhadap pencemar sungai oleh pembuangan sampah atau limbah beracun belum pernah ada tindakan tegas hingga diajukan ke Pengadilan, kecuali hanya bersifat teguran dari pihak Pemerintah Kota Bekasi. Harus benar-benar diberlakukan penerapan sanksi yang nyata dan tegas, yang berdampak membuat jera para pelaku kejahatan sampah dan limbah beracun  pada sungai Bekasi.


Program Kali Bersih pada Sungai Bekasi oleh Pemerintah Kota Bekasi ; SAMPAH masih ada.


Ø    Penangkapan Satwa/Binatang Liar di habitat Daerah Aliran Sungai(DAS), khususnya Biawak dan Ular di sungai Bekasi oleh warga untuk diperdagangkan. Binatang biawak yang ditangkap ada yang mencapai panjang 1,5 meter, demikian juga ular- berbagai jenis. Biawak biasanya terlebih dahulu diawetkan baru kemudian dijual sebagai benda hiasan.  Kekhawatiran sangat mungkin akan terjadi ketidak-seimbangan ekosistem dalam lingkaran rantai makanan pada lingkungan perairan DAS dan dapat berakibat pengembangbiakan yang tidak teratur dan tidak seimbang. 

        Ketimpangan lingkungan akibat Ekosistem yang dirusak dapat berakibat buruk baik siklus ekologi lingkungan dan tentu berpengaruh bagi keselamatan manusia. Oleh karena ekosistem merupakan hubungan timbalbalik antara makhluk hidup dengan lingkungannya, dimana adanya tatanan kesatuan yang utuh serta menyeluruh antar unsur dan saling mempengaruhi.

Ø    Penebangan dan kematian pepohonan sempadan sungai, khususnya pohon bambu termasuk pohon bambu kuning yang pernah di tanam atau digiatkan oleh Pemkot Bekasi di tahun 2011. Pohon-pohon bambu yang setelah ditebang begitu saja ditinggal mati atau selalu dipangkas sehingga tidak tumbuh tinggi, demikian pula tidak terdapat kesadaran dan inisiatif untuk menanam tambah atau mengganti oleh penebang atau warga pemukim di DAS, selain itu cabang dan ranting, daun atau sampah penebangan pepohonan dihanyutkan ke sungai.



Sampah di sungai Bekasi


Ø    Pembangunan Perumahan dan Pemukiman yang bersinggungan dengan DAS, ada yang menggunakan, menghilangkan dan/atau tidak menyediakan wilayah sempadan sungai. Hal yang belum pernah mendapat tindakan nyata oleh Pemerintah Kota Bekasi, setidaknya pemerintah bertindak dan menetapkan “status quo” terhadap adanya bangunan pada bantaran kali untuk kemudian dibongkar. Minimnya Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang harusnya disediakan oleh para pengembang perumahanpun tidak mendapat perhatian serius, padahal dapat ikut membantu mencukupi ketersediaan RTH Kota Bekasi yang hanya baru mencapai 11,9 % ditahun 2013 dan bila dimaksimalkan hanya bisa 24% RTH terbangun saat ini oleh Pemerintah Kota Bekasi.



Ruang Terbuka Hijau(RTH) yang dibangun salahsatu Pengemban Perumahan Mewah di Bantaran Sungai Bekasi 
dengan Garis Sempadan Sungai yang baik dan benar.


       Sungai mestinya harus di bebaskan dari adanya pembangunan fisik di sempadan sungai dan modifikasi teknik dengan mengubah aliran sungai seperti pembangunan bendungan, talud atau pelengsengan tebing sungai, karena akan mengubah karakter hidroulik sungai dan menghilangkan vegetasi asli sempadan sungai.

Ø      Manfaat Sungai Bekasi - termasuk kali Malang dan kali lainnya, bagi sebagian warga Kota Bekasi saat ini masih dimanfaatkan untuk keperluan pengairan pertanian, perkebunan, peternakan ikan dan kolam pemancingan dan kegiatan ekonomi lainnya seperti menjala atau memancing ikan. Demikian pula kebutuhan air minum yang disalurkan oleh Perusahaan Daerah Air Minum Kota Bekasi, menggunakan sumber air dari Sungai Bekasi.
     
      Akibat pencemaran yang terjadi tentunya ikan dari sungai tersebut tidak layak secara kesehatan untuk dikonsumsi, begitupun air untuk keperluan minum membutuhkan tekhnologi, biaya dan waktu untuk menghasilkan air bersih yang layak konsumsi.
      Data Badan Perlindungan Lingkungan Hidup (BPLH) Kota Bekasi 2011, tentang status kelas dan mutu air sungai utama di Kota Bekasi, telah terjadi “pencemaran berat Sungai Bekasi”. Sangat mengkhawatirkan dan berpengaruh negatif terhadap pengguna air dan kualitas lingkungan Kota Bekasi.


 "Nelayan"sungai Bekasi

Ikan sapu-sapu, hasil tangkapan"Nelayan" sungai Bekasi. Ikan ini akan dijual untuk bahan baku pembuatan bakso ikan dan otak-otak di kota Bekasi.


Ø  Kota Bekasi  memberikan kontribusi  terhadap emisi Gas Rumah Kaca (GRK). Kecenderungan emisi di Kota Bekasi berdasarkan data studi Analisis GRK yang diakukan BPLH tahun 2010 seiring berjalannya waktu memperlihatkan laju sekitar 0,45 MT CO2-e per tahun. Sehingga emisi yang dihasilkan Kota Bekasi pada tahun 2010 sekitar 15,2  MT CO2-e dan tingkat emisi Kota Bekasi memberi kontribusi nasional sebesar 1,09 %. Jika dilihat berdasarkan sektoral potensi emisi GRK, sektor limbah domestik menjadi kontributor terbesar emisi GRK Kota Bekasi. Komponen ini mencapai jumlah 59%, kemudian sektor energi yang mencakup: industri, transportasi dan rumah tangga mencapai 41%, kemudian diikuti sektor pertanian dan peternakan yang jumlah keduanya hanya 0,05%. 



Kualitas udara dan kondisi cuaca kota Bekasi (Mei 2014



Ø       Perumahan Claster dan Banjir. Kota Bekasi dan umumnya sekarang ini sedang trend 
       adanya pembangunan Perumahan tipe Claster. Hanya beberapa rumah untuk 
       memaksimalkan ketersediaan lahan yang sempit dan kemudahan prosedur maupun biaya 
       perijinan dan persyaratan yang harus dipenuhi pengemban. Lahan terbatas, tetapi 
       menggunakan secara maksimal (pakai habis)ketersediaan lahan yang dimiliki.  Tidak ada 
       sela untuk lahan hijau maupun saluran pembuangan air dari perumahan tersebut secara 
       dan ramah lingkungan. Di beberapa tempat kami menyaksikan lingkungan perumahan 
       jenis ini sangat, “memaksakan” kondisi lingkungan, dimana untuk saluran pembuangan air 
       dan limbah, sangat minim tersedia dan hanya menumpang pada saluran yang telah 
       tersedia. Kemungkinan timbulnya penyumbatan dan minimnya daya tamping air buangan, 
       adalah akibat lain terjadinya banjir disebagian kota Bekasi.
       Sungai Bekasi dan Kali Malang, mestinya bias menjadi kanal banjir alami di kota Bekasi, 
       akan tetapi pembangunan system saluran pembuangan sangat buruk dan bahkan 
       pinggiran sungai sebagai bagian dari batas riparian juga terpakai habis. Garis sepmpadan 
       sungai dan dinding penghalang air sungai lenyap ditelan bangunan. Ketika musim 
       penghujan dating, maka banjir menjadi liar mengairi berbagai kawasan, utamanya yang 
       bersinggungan langsung dengan aliran sungai Bekasi.


"Hantu "Banjir di kota Bekasi 


      
Berkenaan dengan permasalahan global tentang laju Perubahan Iklim(Climate Change), tentu kondisi demikian sebagaimana tersebut di atas ikut melemahkan kualitas, bahkan meniadakan kontribusi fungsi lingkungan sungai Bekasi kepada perubahan iklim global dan lebih khusus pada kualitas udara dan lingkungan kota Bekasi dan sekitarnya.


Bersambung.... ke ; KAMPANYE PEDULI SUNGAI BEKASI