"Hari ini padi, besok-besok beton" (Photo ; embun01)
Perubahan peruntukan lahan terus berlangsung tanpa kendali pembatasan dan pengaturan secara terencana, masih sebatas aturan di lembar-lembar di kertas.
Lahan pertanian telah berubah karena dirubah secara sepihak menjadi area pemukiman dan aktivitas ekonomi, sehingga lahan pertanian makin berkurang dan cenderung hilang karena habis digunakan. Tentu sangat berpengaruh terhadap kapasitas produksi pertanian dan laju perubahan kondisi lahan yang mengakibatkan perubahan lingkungan, sehingga berdampak buruk pada keselamatan lingkungan.
Hulu Sungai Ciliwung (Photo ; embun01)
Area Puncak, Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor, telah lama menjadi wilayah pendirian bangunan-bangunan sebagai vila peristirahatan, rekreasi dan aktifitas lainnya. Berakibat lahan pertanian terus berkurang, lahan perkebunan teh makin menyempit. Sungai Ciliwung yang berhulu di sini, tidak lagi stabil debit airnya dan makin tidak sehat oleh sampah serta saluran pembuangan air kotor yang bermuara ke badan sungai Ciliwung. Di hulu saja sudah sedemikian adanya, apalagi yang di hilir melewati wilayah Kabupaten Bogor, Kota Bogor, Kota Depok dan bermuara di kota Jakarta, hingga ke laut - pantai utara pulau Jawa.
Sampah anak sungai Ciliwung di samping pasar kota Cisarua (Photo ; embun01)
Debit air kotor dan beracun serta utamanya sampah, meningkat tidak terkira. Berdampak kepada kehidupan biota dan plasma nutfah air sungai Ciliwung sudah tidak lagi berlangsung secara sehat dan normal. Selain airnya yang sudah lama tidak layak konsumsi, masih bisa hanya untuk mencuci yang bukan makanan ataupun pakaian.
Wilayah Puncak, sudah seperti area bebas nilai dan aturan. Siapa kuat - punya uang, semaunya melahap abis lahan-lahan kosong dan menyempitkan ruang pemukiman warga asli setempat. Bebas membangun, menanam tanaman bertulang beton dan menanam dan memproduksi media gas rumah kaca oleh bangunan-bangunan luas dan mewah, hanya sebagai tempat bersantai diakhir minggu atau saat waktu libur. Lahan terbuka tertutup aspal, keramik dan lantai beton, menghilangkan penyerapan dan fungsi penahan air hujan yang turun. Pada akhirnya, selalu menimbulkan banjir, yang juga menggerus permukaan tanah dan membawa sampah menuju badan sungai Ciliwung.
Sawah yang tersisa, Lewimalang Cisarua Puncak Bogor (Photo ; embun01)
Pemerintah hanya pajangan "kembang plastik" yang selalu hadir tetapi tidak menyebarkan harum bunganya, tetapi selalu kelihatan dengan cara publisitas, seakan telah berbuat segalanya. Pengawasan dan tindakan "berarti" terhadap pelanggaran perubahan dan penggunaan lahan hanya akan terdengar saat telah terjadi bencana banjir dan longsor di wilayah ini, selebihnya "tau sama tau" maka diam adalah solusi.
Ditulis oleh ;
M. Thaha Pattiiha
Ditulis oleh ;
M. Thaha Pattiiha