Kamis, 20 November 2014

MINYAK BUMI ; Energi Fosil Yang Akan Habis


Bahan bakar sebagai unsur yang menghasilkan energi untuk menggerakkan mesin industri, mesin kendaraan, mengerakkan turbin untuk menghasilkan listrik dan lain penggunaannya berasal dari bahan bakar minyak bumi, batu bara, gas, panas bumi, air, matahari, angin, gelombang laut, nuklir dan dari tumbuh-tumbuhan.




Aktifitas usaha manusia untuk memproduksi barang dan jasa, melalui pencapaian kemajuan tekhnologi, tercipta mesin-mesin sebagai alat produksi. Mesin-mesin itu digerakkan oleh energi yang bersumber dari bahan-bahan tersebut di atas. Ketergantungan itulah yang semakin membuat kebutuhan akan sumber energi, dari waktu ke waktu bukan saja menyebabkan eksploitasi sumber daya alam bumi tidak lagi memperhatikan faktor keselamatan lingkungan. Dampak eksploitasi yang penuh nafsu, telah mengurangi daya tahan atau kekuatan lingkungan untuk memproduksi dampak positif bagi kesehatan manusia dan kelangsung kestabilan lingkungan itu sendiri.

Energi yang dihasilkan dan menggerakkan mesin-mesin produksi, juga menjadi kontributor dampak negatif berupa polusi gas karbon maupun sampah. Gas karbon yang dihasilkan dari akibat aktifitas mesin produksi oleh  industri, alat mesin transportasi, dampak pembangunan yang menghasilkan gas rumah kaca dan sampah yang dihasilkan sebagai bagian terbuang produksi dan aktifitas manusia, telah menjadikan lingkungan mengalami penurunan kualitas yang luar biasa di satu abad terakhir ini.

Energi yang bersumber dari minyak bumi dengan segala turunannya berupa bensin atau minyak bakar, solar, avtur, minyak tanah, aspal, oli, dan LPG, adalah yang terutama dan umum dipakai sekarang ini. Sementara itu ketersediaan makin menipis oleh karena tidak dapat diperbaharui.kandungan minyak bumi. Minyak bumi merupakan hasil olah fosil dalam perut bumi yang berlangsung jutaan tahun. Butuh jutaan tahun lagi atau waktu yang sama untuk mendapatkan pembaharuan ketersediaan energi dimaksud.

Selain ketersediaan dan sifatnya yang tidak dapat diperbarui, minyak bumi telah ikut mengotori, merusak dan melenyapkan  lingkungan hidup, antara lain ;

o  Pemanasan Global, sebab minyak bumi - sebagaimana juga dengan batu-bara,  ketika dibakar melalui beragam aktifitas baik mesin-mesin industry, rumah tangga maupun mesin kendaraan, akan menghasilkan gas karbon dioksida(CO2), bagian dari efek gas rumah kaca yang menumpuk di atmosfir. Penumpukan kadar CO2 di atmosfir telah meningkat di decade terakhir ini dari 180-300ppmv menjadi 380ppmv. Pemanasan global membuat bumi mengalami kondisi tidak menentu oleh akibat perubahan cuaca. Kekeringan terjadi, gleisier maupun benua es terus meleleh yang membuat massa dan permukaan air laut terus naik dengan gelombang laut yang makin ganas, kegagalan panen, seragan udara panas di kota-kota besar dunia, kematian hewan oleh musnahnya sumber makanan dan hilangnya habitat. Pemulihan lingkungan hidup terhambat dan melambat, bahkan cenderung gagal.

o  Pencemaran Lingkungan, adalah dampak paling berbahaya mulai dari aktifitas eksplorasi pengeboran atau pengangkatan minyak dari dalam perut bumi, pengangkutan, hingga pemrosesan. Disekitar ladang pengeboran akan terjadi penumpukan oleh lumpur emulsi minyak dan air sehingga menutupi permukaan tanah atau lautan disekitarnya dan menghilangkan kualitasnya bagi sumber penghidupan lainnya. Pengangkutan minyak mentah-minyak bumi, sering mengalami masalah oleh adanya kebocoran atau kecelakaan akibat berbagai kendala yang berakibat terjadinya tumpahan minyak. Demikian juga ketika diproses untuk memisahkan emulsi minyak dari air melalui proses ekstraksi, maka air kotor hasil ekstraksi sangat berbahaya bagi lingkungan sekitarnya. Pencemaran dari akibat kebocoran atau tumpahan minyak, telah sangat berakibat buruk bagi lingkungan, baik di darat maupun laut. Telah banyak contoh kasus pencemaran oleh aktifitas pengelolaan minyak bumi, termasuk ladang minyak yang telah habis masa produksinya, tidak bisa lagi dimanfaatkan untuk kegiatan ekenomi lain yang tentu sangat disesalkan.


Apakah kita harus berhenti menggerakkan mesin-mesin dan aktifitas hidup manusia, oleh dampak negatif minyak bumi maupun oleh akibat kehabisan energi bahan bakar yang berasal dari minyak bumi ? 
Tentu tidak, masih tersedia banyak sumber energi lain yang bahkan tidak terpakai habis dan sangat melimpah.

Minyak bumi maupun batubara adalah sumber energi berbasis fosil pada perut bumi yang tidak dapat diperbarui. Energi pakai habis, karena ketersediaannya yang terbatas. Pilihan untuk menggantikan energi fosil tersedia bermacam sumber untuk dikembangkan dan dimanfaatkan secara tidak terbatas.

Minyak bakar untuk kendaraan bermotor, terdapat ethanol, yaitu bahan bakar dari tanaman pangan seperti jagung ataupun gandum yang difermentasi menjadi  alcohol, untuk ditambahkan dengan minyak bakar guna meningkatkan kadar oktan dan kualitas emisi gas buang. Sumber energi yang menjadi pilihan lain yaitu gas alam, hydrogen, propane, biodiesel, methanol, listrik dan lainnya dari gabungan antara ethanol, gas alam dan metyhltetrahydrofuran (MeTHF) yang disebut P-series (hedisasrawan.blogspot.com).

Mekanisasi industri modern telah berbasis elektrikal sebagai penggerak mesin dan operasional kegiatan lainnya, demikian juga dengan kebutuhan tenaga penggerak barang-barang elektronik hampir seluruhnya menggunakan tenaga listrik. Minyak bumi yang selama ini digunakan yang berbatas persediaan dapat segera atau pada akhirnya digantikan dengan energi baru yang tidak terbatas persediaannya.

Dunia pernah mengalami masa suram terjadinya krisis energy di tahun 1973 dan berulang di tahun 1979 oleh akibat kelangkaan kegtersediaan dan penurunan produksi minyak bumi, diikuti kenaikan  harga minyak bumi yang sangat tinggi, akibat unsur kesangajaan spekulan maupun besarnya permintaan pasar.

Ketersediaan cadangan minyak bumi dunia, dengan catatan tidak terjadi lonjakan pemakaian, yang saat ini sekitar 84 juta barrel (13,4×106 m3) per hari – 4.9km3 per tahun, maka masih sekitar 120 tahun lagi, dengan persedian cadangan berkisar antara 190 km3 atau 1,2 triliun barrel (wikipedia.org).

Negara-negara industri utamanya dan bahkan semua aktifitas manusia bumi tanpa terkecuali saat ini, bergerak dengan ditopang kebutuhan dan dukungan energi untuk berbagai aktifitasnya. Indonesia, berdasarkan data yang pernah dirilis Reforminer Institute (Desember 2013), diperkirakan cadangan minyak Indonesia akan habis dalam waktu 12 tahun dengan ketersediaan hanya 3,7 milyar barrel, dengan rata-rata konsumsi tiap hari 1,2 juta barrel. Cadangan minyak bumi Indonesia hanya 0,3% dari cadangan minyak dunia.

Memahami kondisi riil sifat terbatas dan untuk kebutuhan jangka panjang, maka saatnya beralih ke sumber energi baru dan terbarukan. Pilihan ada pada sumber energi oleh matahari, air, angin, gelombang laut, panas bumi, juga nuklir. Matahari, air, angin, gelombang laut tersedia melimpah dan tak terbatas. Khusus untuk nuklir memerlukan pertimbangan yang sangat matang bila ingin digunakan, teramat khusus di Indonesia dengan wilayah rentan bencana alam gempa bumi dan faktor kemampuan sumber daya manusia dan kedisplinan masyarakatnya. 

Kehidupan harus terus berlanjut, energi terus dibutuhkan dan akan bertambah dari waktu ke waktu. Suka atau tidak kita diharuskan dan bahkan dipaksa untuk mencari untuk menemukan energi baru, bukan lagi minyak bumi dan bahkan batubara, tidak energi fosil.
Perut bumi telah terlalu sering dan lama di"obrak-abrik", mengakibatkan lingkungan alam bumi menjadi makin berbahaya untuk kelangsungan kehidupan makhluk hidup, hari ini dan masa depan.


Bekasi 20 Nopember 2014

Ditulis oleh ; M.Thaha Pattiiha
Direktur Eks. LSM Komunitas Embun